JALAN CINTAKU....!!!!
Karya Rahayu Nur Rahmawati
Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita
masih kanak-kanak. Kita adalah sahabat, kita tlah seperti saudara,
begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan nama
Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan
cintanya, semua tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita
tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan yang didampingi dengan
cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat
ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi,
ku tak mau membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima
permintaannya itu. Sejak saat itu, ada kebimbangan dalam hatiku, apakah
ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau mengecewakan
Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan
salah seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada
yang mengetahui, hanya aku dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu,
semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut jikalau dia marah dan
membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci
kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak
kita tak lagi satu sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda,
hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita tlah jauh. Saat itu ku
akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah
berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’
mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa
satu, sudah tak ada lagi kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik
kita berhenti cukup sampai disini”
Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini.
Sejak saat itu, aku menjalin hubungan dengan orang lain. Saat ini
kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu terhadap hubungan ku
dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku
selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata
lain, Adrian meninggalkan aku dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak
kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka dirinya tega
khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk
bangkit dari semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari pada aku “
Pesannya
ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud.
Selau ku coba melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi
sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit ini semakin terasa, disaat dia tak
mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak pernah ia lakukan.
Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.
‘’
aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku
tlah lewati hari dengan hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan
sayang seperti dirimu’’
Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang seperti dulu.
‘’kita
lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini
hubungan seperti dulu, aku sayang kamu sebagai sahabat ku “
Tak
pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau
mengecewakannya, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku melakukan semua ini
demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia menyerah tuk meluluhkan
hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku.
Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’
aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk
menghapus kesalahan ku dimasa lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak
kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan sayangku buat
kamu itu tulus’’
Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh
terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali tuk mencoba
menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi,
ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku mohon
jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita
menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian dan
kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku.
Tapi, masih ada kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya,
sebenarnya apakah aku sayang sama dia?? Tiap dia bilang sayang kepadaku,
ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah
ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku
mengatakan bahwa aku juga menyayanginya.
Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi
masih saja ada sikap yang membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi
aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku Cuma ingin menjalin
hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari
pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya,
dia selalu mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian
lama ku jalani hari bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang
itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kita selama
ini.
Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini
tanpa diiringi restu kedua orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan
mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir. Ku coba bicara hal
ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut
membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di
hampiri kebimbangan, apa yang harus aku lakukan, menuruti kata orang
tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh, jadi kayak sinetron,
hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas.
Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.
Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja
namanya Putra, karena kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen
dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya double date gitu deh.
Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua,
dia nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia
maksa. Ya, okelah aku turutin. Dan tak lama kemudian aku rasakan ada
sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah memasangkan
kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’.
Ku balas senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga
sayang kamu ‘’.
Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,
‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”
Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’
Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’
Rama
terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini
ngeliat dia kayak gitu. Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup kehilangan kamu ‘’
Rama
menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak
tega aku, rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’
Dia
berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk
sama pacar. Dan tak ku sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’
Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.
‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’
Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’
Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’
Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.
‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin
kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang.
Rasanya aku tak ingin lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang
akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari ini semuanya akan
berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus
berjalan dan belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin
indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu menemani tawaku,
dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat
ku bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat
meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk
berangkat kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia
akan berangkat dengan Putra dan kami berencana berangkat agak siang dari
pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk
memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku dan Isna berangkat, kami
janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan baru
Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku
berangkat lebih dulu karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau
ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra nongol juga,
kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang
berbeda-beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna
nantinya akan bertemu di depan gerbang sekolah.
Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah, pengen banget “
‘’aku
juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan
pulang bareng,tapi apalah daya itu mustahil terjadi’’
Kami
terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat
sampai di depan sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan
ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’
Aku
duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang,
dan aku mengajaknya nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku
sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya gerbangpun ditutup, dan ada salah
seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku
dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya
dia datang juga. Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa
bersalah karena tela membuat kami menunggu. Saat kami akan masuk, pak
satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan pintu gerbang. Beliau
menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat
lagi. Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu,
kami harus berbaris dengan rapi, dan kamipun dimarahin oleh pak satpam,
bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua osis. Wow,
kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam
dan ketua osis, kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada
pertandingan futsal. Sumpah, malu banget deh, diketawain dan dilihat
sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai kantung
kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak
apa-apalah harus dapat omelan yang penting bisa bareng sama mas pacar.
Heheehehe
Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil
banget deh kejadian ini, mungkin akan selalu teringat dan nggak
terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu
menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang
menjemputku. Kami pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati
jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau cepat-cepat berlalu, kapan
lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan Rama,
lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar
pasti yang satunya juga bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan
bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia. Kalau lagi
berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,.
Tapi kalau lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti
ngobrol terus, becanda terus. Kalau di fikir-fikir emang lucu sih, sedih
bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa,
aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia uda nggak perhatian lagi
sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya memang
bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih
bareng dan sholat shubuh di mushola bareng.
Suatu malam selepas
sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua
orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu
apa, lalu Rama berkata padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku
tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat aku balas ucapannya itu,
tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari
manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku
mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap Rama dengan tatapan mata yang
sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia
memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia
benar-benar menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi
cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak kan ada nantinya yang
memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan yang
terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.
Beberapa hari setelah
itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh
Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada
ketakutan, ku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku
coba mengatakan kepada Rama bahwa kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung
saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku
dari Rama tak pernah ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini.
Mulai dari boneka yang ia berikan saat rekreasi waktu SMP dulu uda ada
bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah , dan
kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini
pertanda bahwa hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami
ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi, selalu ku coba singkirkan
jauh-jauh fikiran buruk itu.
Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan
harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia
mengirimi aku pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi
hingga malam tak satupun pesan ku terima darinya, semakin jengkel ku
rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.
Hari berikutnya,
tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan
menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku,
aku rasanya sudah tak tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep kalau nggak punya pacar “
‘’
lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin
aku dan sekarang ini aku kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak
akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “
Dan
pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel
aku tak membalas pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku
ingin sekali membuka jejaring sosial (fb). Saat itu ku terima pesan,
dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya
di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’
Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’
Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’
Beberapa saat kemudian
‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus dari Febri.
Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau
iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain
sebelum kita putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita
uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam
pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi
sebenarnya hatiku ini hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit
banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak, pengen marah, tapi
rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di
hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan
hubungan sudah benar-benar berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan
Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan dengan sia-sia, sad
ending.
Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.
‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah,
aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang
“ semoga kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau
putus sama Rama, tpi akhirnya malah bilang amin. Rasanya pengen aku
mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak belur.
Sempat
aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia
menghindar dan menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya
menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang kalau dia lagi sibuk, tapi
menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan
marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh
anak, aku kan Cuma pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka
langsung kan lebih enak dari pada Cuma lewat handphone.
Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.
‘’
tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai
dia, seperti aku menyayangi dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu,
aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka. Semoga kalian
bahagia selalu “
Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan
ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela untuk melepas begitu
saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua
sebuah kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras
mengalir saat ku kumpulkan semua barang pemberianmnya. Firasatku
ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua pertanda
yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan
sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam diriku, dia
yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah
beriku mimpi, dia yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi,
kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta yang baru, cinta yang
baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku
hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku
mengingat semua kenangan antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya
Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari dendam, berikan
hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi
semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua
rencanamu, ku tahu ini semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan
kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya allah”
Sebait curahan
hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan,
dengan semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih
mencoba untuk tegar, karena ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua
ini.
Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering,
dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’
andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi
itu sungguh mustahil, tak mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski
hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau pergi tinggalkan aku.
Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani
semua ini dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan
setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan tetap tegar, aku
tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.
Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam
kehidupanku ini, aku coba move on, move on dan move on. Ku coba cari
kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia. Kini entah
apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah
suatu saat aku bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit
ini karena dia. Dan mungkin kelak ku bisa temukan yang lebih dari dia,
tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku coba
siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki
dan matiku hanya Allah yang tahu.
0 opmerkings